Minggu, 08 November 2009

Gua Istana Maharani

PENDAHULUAN

Daerah Lamongan merupakan daerah yang sangat miskin terhadap kegiatan volkanik. Sehingga jarang sekali di temui atau bahkan tidak ada jenis batuan beku. Umumnya daerah Lamongan merupakan daerah dataran rendah dengan komposisi batuan berupa Batu pasir, Lempung, Lanau dan batuan jenis endapan lainya.
Daerah Lamongan juga mempunyai cadangan batu kapur yang cukup besar. Di daerah Lamongan selatan terdapat pegunungan kapur yang membentang dari daerah Ngimbang ke timur hingga daerah Kecamatan Mantup. Sedangkan di daerah pesisir utara terdapat Pegunungan Kapur Utara, yang merupakan salah satu pegunungan kapur yang membentang di pesisir utara Pulau Jawa mulai dari Kabupaten Pati (Jawa Tengah) hingga Lamongan (Jawa Timur). Banyak kalangan menyebutnya juga sebagai Pegunungan Kendeng Utara, karena letaknya yang sejajar dengan Pegunungan Kendeng yang membujur di sebelah selatannya. Juga ada yang menyebutnya sebagai Pegunungan Serayu Utara.
Pada rangkaian pegunungan ini terdapat suatu gua yang sangat menarik, yang disebut dengan gua Maharani. Gua ini mempunyai stalaktit dan stalagmite yang masih hidup. Stalagtit dan stalagmite ini masih mengalami pertumbuhan dengan kecepatan 1 cm per sepuluh tahunya. Gua ini berjarak sekitar 500 meter dari pantai utara Jawa dan berada pada kedalaman 25 meter di bawah permukaan tanah. Gua dengan luas 2.500 m2 ini ditemukan pada 6 Agustus 1992 oleh sekelompok penambang fosfat di daerah gua tersebut.
Gua Maharani seperti gua-gua lain yang pada umumnya terbentuk pada daerah dengan batuan utama berupa batuan sedimen yakni lebih khusus lagi hanya pada tubuh batu gamping atau batuan karbonat. Jenis batuan ini memiliki kadar kalsium karbonat yang tinggi. Secara sederhana gua ini terbentuk karena larutnya material batu gamping dan meninggalkan jejaknya berupa rongga-rongga. Rongga-rongga ini bila kemudian saling berhubungan (connected) akan berkembang melebar dan memanjang akibat berlanjutnya pelarutan dan aliran air bawah tanah hingga akan terbentuklah gua-gua.

KONDISI LINGKUNGAN GUA MAHARANI
A.Lokasi

Gua Maharani adalah sebuah gua yang terletak di kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Merupakan bagian dari pegunungan kapur utara yang memanjang dari Pati hingga pantai utara Lamongan, Jawa Timur. Gua yang bertempat di Jalan Raya Daen-deles (Pantura) itu kini mulai terkenal sampai ke luar Lamongan, bahkan hingga ke luar Provinsi Jawa Timur.

A.Kodisi Fisik dan Kimia Gua Maharani

Gua ini letaknya sangat strategis dan menarik karena terletak di dekat pantai kurang lebih 500 m dan berada di tepi jalan Gresik-Tuban tepatnya di kecamatan Paciran Lamongan. Salah satu keajaiban alam berupa gua istana maharani yang menyimpan keindahan alam lebih spesifik dan unik diatas rata-rata gua wisata yang lain. Bahkan menurut prof Dr. KRT.Khoo ahli perguaan internasional dari yayasan speleologi Indonesia di Bogor menilai bahwa stalaktit dan stalakmit di gua istana Maharani masih hidup karenanya keindahan gua ini bisa disejajarkan dengan gua Altamira di Spanyol. Gua Mamonth dan Carlsbad di Amerika Serikat serta Goa Coranche di Perancis.. Gua yang menyimpan sejuta keindahan ini berada dikedalaman 25 m dari permukaan tanah dengan rongga gua seluas 2500 m2.
Stalaktit dan stalagmit yang tumbuh di dalam goa dapat memancarkan cahaya warna warni bila terkena cahaya. Menyadari kelebihan tersebut Pemerintah Daerah Lamongan mengelolanya sebagai obyek wisata primadona. Fasilitas yang dibangun dibagi dalam tiga zone yaitu zone umum, zone peralihan dan zone inti, lokasi goa ini 100 m ketimur dari Tanjung Kodok.

KONDISI GEOLOGI GUA MAHARANI

A.Geologi Regional

Secara regional daerah wisata gua Maharani terdiri dari formasi batuan gamping Paciran (Tpp) yang terdiri dari Batu gamping dan lempung karbonat dengan kandungan fosfat yang cukup tinggi. Penyebarab batuan gamping ini hampir merata di sepanjang pantai utara Jawa Timur yang memanjang hingga ke timur hingga daerah Lamongan.

A.Stratigrafi dan Litologi Gua Maharani

Secara stratigrafi, batuan di daerah gua Maharani berupa batuan sedimen yang terdiri atas batu gamping Formasi Paciran, batu lanau Formasi Tuban. Formasi Paciran terdiri dari batu gamping dolomitan dan dolomit. Adanya organik seperti algae, foraminifera besar, molluska dengan ketebalan Formasi Paciran diperkirakan 100-750 m. Sementara Formasi Tuban terdiri dari batu lanau selingan batu gamping pasiran lempungan, setempat mengandung kongkresi dan batu gamping gampingan besian, ketebalan diperkirakan 600m.

B.Morfologi

Daerah sekitar gua maharani merupakan daerah perbukitan yang berhadapan langsung dengan laut Jawa. Di sepanjang pantai yang tepat di depan gua Maharani terdiri atas singkapan-singkapan batu karang yang masih satu Formasi dengan gua Maharani. Vegetasi yang hidup di sekitar gua Maharani merupakan tumbuhan-tumbuhan jenis ringan.

LEGENDA GUA MAHARANI

Istana Maharani, demikian goa ini dinamakan oleh Bupati Lamongan R. Mohamad Faried, SH sesuai dengan kecantikan sinarnya dan berdasarkan usulan salah seorang pekerja penemu goa atas mimpi istrinya. Goa Istana Mahara­ni ditemukan oleh 6 penggali tanah coral bahan phosphat dan pupuk dolomit yaitu Sugeng dan kawan – kawan dengan mandor Nyoto pada tanggal 6 Agustus 1992. Luasnya kurang lebih 2. 500 m2 dengan kedalaman 25 m dari permukaan tanah. Nama maharani lahir dari mimpinya istri Nyoto. Malam sebelum ditemukannya goa, dia bermimpi melihat cahaya bunga­ – bunga yang sangat indah berwarna – warni yang di jaga oleh dua ekor naga raksasa bermahkota. Dua ekor naga tersebut kini divisualkan berbentuk dua patung naga dengan dua burung garuda penjaga pintu masuk goa yang disebut Gerbang Paksi Tatsoko. 
Di dalam Goa memang terdapat stalaktit – stalagmit yang menyerupai singgasana Maharaja, flora dan fauna,.. yang sangat indah bersinar – sinar seperti mutu manikam intan baiduri. Dari tetesan air bebatuan gamping yang menyerupai karang sejak jutaan tahun yang lalu secara alami endapannya mengkristal membentuk berbagai perwu­judan yang sangat mengagumkan. Sungguh merupakan keajaiban dunia tanda Kebe­saran Tuhan.
Stalaktit dan stalagmit tersebut ada yang disebut Lingga Pratala (me­nyerupai alat vital laki – laki), Yoni Pratiwi (alat vital perempuan), Cempaka Tirta (bunga kanthil), Karang Raja Kadal (menyerupai dinosaurus), Selo Gajah (menyerupai kepala gajah), bunga Mawar, pohon Beringin dan berbagai bentuk lainnya yang teramat unik dan indah.
Menurut cerita mimpi setelah semedhi beberapa penduduk, didalam goa sering terlihat puteri cantik seperti Roro Ayu Mantili dari kerajaan fiksi Madangkara diiring dua dayang dan punggawa. Namun melihat struktur dan berbagai bentuk stalaktit dan stalagmit didalam goa ada yang melukiskan seperti Keraton Kiskendo.
Memang apabila wisatawan termenung sebentar tentang keajaiban alam yang terpatung karikatural dalam goa, berba­gai imajinasi luar biasa akan bermuncu­Ian sehingga mendorong orang untuk selalu berkunjung kembali ke goa Istana Maharani.

DAFTAR PUSTAKA

Djuri, M.,dkk., 1996 ”Peta Geologi Lembar Tuban, Jawa” Pusat Pengembangan dan Penelitian geologi
Samodra, H., 2001, ”Nilai Strategis Kawasan Karts di Indonesia, Pengelolaan dan Perlindungannya”, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Badan Penelitiandan Pengembangan Energi dan Sumberdaya Mineral, Bandung, Indonesia.

Rabu, 24 Juni 2009

Morfologi daerah Sungai Gintung

Hasil Pengamatan Lapangan

A. Morfologi
Morfologi daerah sungai Gintung dapat dibedakan menjadi dua bentuk bentang alam yang sangat berbeda, antara bentuk morfologi yang berupa perbukitan memanjang dan sungai dengan posisi flood plane yang relative tinggi terhadap permukaan sungai saat ini.
Berdasarkan bentuk bentang alam, dan tingkat erosinya, daerah sungai Gintung dibagi menjadi beberapa satuan morfologi, yaitu :
1.Satuan morfologi perbukitan, menempati bagian sebelah kanan dan kiri sungai, berasal dari formasi Ligung yang terdiri dari batuan napal-lempung pasiran. Punggungan yang berelief halus dan beberapa puncak yang relatif meruncing.
2.Satuan morfologi sungai, memanjang dengan arah barat–timur, dengan arah aliran N 2600 E.



Pola aliran sungai umumnya lurus mengikuti bentuk morfologi mengarah barat–timur. Di sebelah kanan dan kiri sungai terdapat perbukitan dari formasi Ligung dengan komposisi napal-lempung sisipan pasiran, dengan teras-teras sungai (sungai purba) yang berada sekitar 7 meter dari permukaan sungai sekarang. Point bar yang terdapat menunjukkan bahwa pernah terjadi arus yang cukup besar pernah melewati sungai ini, di tandai dengan adanya material atau batuan-batuan berukuran hingga bongkah.



Sungai Gintung merupakan sungai stadium dewasa dengan lembah berbentuk “U”, dasar lembah alluvial, sedimentasi pointbar, erosi vertical-lateral. Lebar sungai ± 50 m (30 m teras sungai & 20 m sungai). Sungai gintung mempunyai teras sungai dengan ketinggian 1,5-2 m disebelah utara, dan di sebelah selatanya mempunyai ketinggian 2-7 m. Teras sungai sebelah selatan (N 1750 E) terlihat dataran banjir dan tersingkapnya lapisan struktur batuan lempung, yang termasuk pada formasi tapak.
Graded bedding jelas teramati pada pinggir sungai, sebelah kanan sungai dari arah hulu. Perubahan ukuran material dari kerakal hingga lempung. Terjadi sisipan lempung diantara ukuran meterial yang lebih besar.
Tata guna lahan yang ada pada daerah penelitian adalah sebagai lahan perkebunan, pertanian, pemukiman, serta lokasi penambangan galian C.

Batuan / tanah
Batuan didaerah sungai Gintung umumnya adalah fragmen-fragmen batuan beku felsik-intermediet, batu konglomerat, dan gemstone (green jasper, red jasper, brown jasper, lu sang de Christ jasper, dan kalsedon). Tanah pada daerah sungai Kali Gintung ini umumnya termasuk tanah endapan alluvial (pointbar).

Air
Air didaerah sungai Gintung ini bersumber dari sungai, yang mempunyai ciri fisik berwarna coklat keruh karena adanya arus turbidit yang mengakibatkan sedimen-sedimen didalam sungai tersebut bergerak dan mengakibatkan kekeruhan. Air sungai dapat bermanfaat bagi daerah disekitarnya dan masyarakat setempat dalam kebutuhan sehari-hari seperti bidang pertanian, hal ininampak jelas dengan adanya lahan persawahan dan ladang disekitar sungai. Selain itu air sungai tersebut dapa berperan sebagai daerah resapan atau recharge untuk air tanah.

Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang di daerah sungai Gintung dan sekitarnya umumnya adalah perlipatan. Jejak-jejak sesar di lapangan dijumpai berupa konglomeratisasi, gores garis sesar, kelurusan bukit, serta kontak tajam antara satuan batuan.



Potensi Bencana alam
Dengan morfologi dan sifat-sifat yang telah di uraikan di atas, potensi bencana alam yang akan terjadi di daerah sungai Gintung adalah kemungkinan terjadinya banjir. Dampak banjir akan dapat mengakibatkan rusaknya sawah dan atau ladang milik penduduk yang berada di sekitar sungai Gintung, dengan syarat jika terjadi suatu banjir yang relative besar. Jarak antara sungai terhadap perkampungan penduduk cukup jauh dengan di batasi morfologi yang relative tinggi mengakibatkan probabilitas kerusakan terhadap pemukiman oleh banjir adalah sangat kecil.
Dapat juga terjadi suatu longsor-longsor kecil akibat terjadinya erosi lateral maupun vertikal oleh arus sungai yang tidak membawa dampak besar terhadap kehidupan pendduduk sekitar, meupun terhadap bidang pertanian.

KESIMPULAN
Morfologi daerah sungai Gintung relative landai, tidak terjal. Pola aliran sungai umumnya mengikuti bentuk morfologi dan struktur yang mempengaruhinya. Dengan penyebaran jenis batuan di daerah sungai Gintung, maka sungai Gintung sangat berpotensi akan bidang pertanian serta penambangan bahan galian golongan C.

Minggu, 07 Juni 2009

Tangkuban Perahu, Sejarah Pembentukan Dan Morfologi

Wahyu Dwi Agusian

PENDAHULUAN
Gunung Tangkuban Perahu merupakan gunungapi yang berjarak 30 kilometer sebelah utara kota Bandung. Pada gunung berapi ini dapat dijumpai hasil pembentukan gunungapi dan aktivitasnya berupa kawah, gejala mata air panas, endapan belerang, dan lainya. TInggi gunung Tangkuban Perahu adalah 2084 mdpl dengan 13 kawah yang tersebar di puncak. Bila dilihat dari Bandung, gunung Tangkuban Perahu memiliki bentuk khusus, seperti perahu yang terbalik. Bentuk khusus tersebut mendorong fantasi orang Sunda dari awal dinyatakan dalam bagian legenda Sangkuriang.
Secara geologi, gunung Tangkuban Perahu telah memainkan peran penting dalam pengembangan tinggi Parahyangan. Erupsi sangat berkontribusi ke bukit utara Bandung dengan lahar mengalir ke lembah dan menjadi batu, sehingga membentuk bentukan-bentukan yang bagus. Begitu juga aliran lumpur telah membentuk gradient cone semi-circular, yang sekarang merupakan sebuah massa yang terendapkan di lembah kuno di dekat sungai Citarum di Padalarang (18 km barat Bandung ), hal ini menyebabkan terbentuknya sebuah danau yang meliputi seluruh Bandung.
Erupsi ringan terjadi pada tahun 1969, ketika Kawah Ratu memuntahkan abu skala besar dengan tinggi 500 m. Seperti pada September 1992 ditutup untuk umum selama beberapa hari karena aktivitas seismic yang luar biasa tinggi dan dikawatirkan terjadi letusan baru. Di utara lereng gunung merupakan wilayah yang disebut Death Valley, karena sering terakumulasi gas beracun.

PEMBAHASAN
A. Sejarah Pembentukan Dan Morfologi
Dataran tinggi Bandung di Jawa Barat terletak di antara dua deretan gunungapi. Hampir seluruh dataran ini ditutupi oleh bahan-bahan atau material vulkanik. Hanya pada dua tempat ditemukan endapan-endapan sedimen yang terbentuk di laut dalam. Bagian tengah merupakan gunungapi itu sendiri, dan bagian sebelah selatan ditemukan dataran tinggi Bandung yang dahulu merupakan sebuah danau besar. Di dataran tinggi Bandung terdapat andapan-endapan danau seperti pasir, tanah liat, dan sebagainya.
Bagian utara dari danau purba ini terdiri dari arus lahar dan tufa gunung Tangkuban Perahu dan di kaki gunungapi yang datar ini terletak kota Bandung, Cimahi, Padalarang.
Jika kita mempelajari bentang alam dari daerah ini, maka akan terlihat beberapa kesatuan morfologi yang oleh Van Bamelen di bagi sebagai berikut :
a. Jalur sebelah utara yang terdiri dari daerah perbukitan sekitar Subang yang diberi nama punggung Tambakan.
b. Sebuah depresi sebelah dalam dari punggung ini.
c. Pegunungan sentral terdiri dari kompleks gunungapi.
d. Dataran tinggi Bandung sebelah selatan dari pegunungan vulkanik.
e. Daerah perbukitan sekitar Cimahi.
Sejarah geologi dataran tinggi Bandung di mulai dengan jaman Miosin. Pada waktu Miosin ini pesisir utara Jawa purba letaknya jauh sebelah dari pesisir sekarang dan terletak di sekitar Pengalengan. Daerah sebelah utara dari Pengalengan masih merupakan lautan, dimana terjadi pembentukan atau pengendapan berbagai macam batuan sedimen.
Di daerah Purwakarta kini endapan-endapan tersebut yang sampai terdiri dari tanah liat, batu karang, batu kapur, tufa, dan sebagainya. Di sekitar Bandung, endapan-endapan ini hanya terlihat pada beberapa tempat saja, karena telah tertutup oleh bahan-bahan vulkanik yang kemudian terbentuk. Umur endapan ini di tetapkan berdasarkan binatang-binatang purba yang dahulu pernah menenmpati lautan Miosin ini.
Jaman yang tenang ini disusul oleh periode yang revolusioner, dalam periode ini dalam bumi terjadi gerak-gerak melipat dan mengangkat batuan-batuan yang dibentuk menjadi pegunungan yang muncul dari atas permukaan air laut. Periode ini adalah periode pembentukan pegunungan.
Pesisir utara Jawa yang tadinya terletak sebelah selatan mulai berpindah keutara dengan kata lain sebagian daratan ditambahkan pada Jawa purba tersebut. Bagian selatan dari daerah Pengalengan diangkat. Selain dari periode pembentukan pegunungan, bekerja pula kekutan-kekuatan lain dalam bumi, yaitu kekuatan vulkanik yang membentuk gunungapi yang sisanya kini merupakan puncak tajam sekitar Cimahi misalnya gunung Selacau. Batuan-batuan yang terdapat pada gunungapi ini berupa Dasit, batuan lelehan yang mnegandung bahyak SiO2, berbeda dengan batuan yang dihasilkan oleh gunung Tangkuban Perahu kemudian.
Pada jaman kwarter terjadi pembentukan dataran Bandung seperti yang kita kenal sekarang. Sejarah daerah gunungapi ini dapat kita bagi dalam dua periode, Jaman Kwarter Tua dan Jaman Kwarter Muda.
Pada awal jaman kwarter tua aktivitas vuklkanik berpindah kesebelah utara, ketempat gunung Tangkuban Perahu sekarang berada. Pada jaman tersebut gunung Tangkuban Perahu belum lahir, namun yang ada adalah induk dari gunungapi Tangkuban perahu yaitu gunungapi Sunda.
Gunungapi Sunda yang baru muncul ini sangat besar, dan menurut rekonstruksi mempunyai panjang sekitar 20 km dan tinggi 3000 mdpl. Kini hanya sisa yang masih tertinggal. Gunungpai ini mempunyai titik parasit seperti gunung Gurangrang, yaitu gunungapi yang lebih tua dari Tangkuban Perahu. Dapat dipahami jika melihat morfologi kedua gunung tersebut. Gunungapi Tangkuban Perahu masih mempunyai lereng yang licin dengan kata lain erosi belum terlalu lama bekerja sedangkan Burangrang telah banyak terdapat lembah-lembah erosi. Gunungapi parasit lainya yang terdapat pada gunungapi Sunda adalah gunung Palasari, gunung Tunggul. Semua bahan-bahan dari gunungapi tersebut menuju keberbagai arah, terutama menuju ke arah Subang dan ke selatan menuju Bandung. Setelah beberapa lamanya bekerja, maka gunungapi raksasa meletus dengan hebatnya. Pada letusan ini terbentuk kawah yang ukuranya beberapa kali dari kaldera. Sebagian besar gunungapi Sunda tersebut runtuh.
Pada sesar Lembang, sebelah selatan terdapat suatu pegunungan panjang yang lurus memanjang dari timur ke barat. Sesar Lembang adalah sebuah sesar terbesar di daerah ini, yang melintang dari barat ke timur. Sesar ini terletak atau melalui Lembang dari mana nama sesar ini berasal yang kira-kira 10 km sebelah utara Bandung. Ini adalah sebuah sesar aktif dengan gawir sesar sangat jelas yang menghadap ke utara. Sesar ini yang panjang seluruhnya kira-kira 22 km dapat diamati sebagai suatu garis lurus dari G. Palasari di timur ke barat dekat Cisarua. Penyelidikan-penyelidikan terdahulu telah menghubungkan bahwa sesar Lembang yang dominannya adalah sesar normal terjadi setelah letusan besar gunung Sunda Purba yang berlangsung pada jaman Kwarter Tua.
Setelah letusan gunungapi Sunda, terjadilah gerak naik-turun dalam kerak bumi. Oleh gerakan ini, maka terbentuklah patahan atau sesar Lembang. Bagian sebelah utara turun sekitar 450 m dibandingkan bagian selatan. Contoh yang jelas dari patahan ini adalah pada bukit Batu dan Batu Gantung. Bukit-bukit ini yang dahulu merupakan satu arus lava, terpotong dan seakan-akan tergantung.
Van Bammelen bersintesa tentang daerah ini menganggap bahwa gerak yang terjadi bukan merupakan suatu gerak vertikal namun suatu gerak lengseran yang mengakibatkan pengerutan sedimen sebelah utara, sehingga membentuk punggung Tambakan.
Setelah pembentukan patahan Lembang, gunung Tangkuban Perahu mulai terbetuk pada jaman Kwarter muda. Terjadi erupsi yang hebat dalam bentuk tufa-slak. Hasil pertama dari gunungapi tersebut adalah efflata (bahan-bahan lepas). Sebelah utara arus slak ini menuju ke arah Segalaherang dan sebelah selatan menuju Bandung. Material yang keluar mengisi depresi Lembang. Material yang keluar mencari celah menuju ke arah selatan melalui celah-celah pada dinding patahan. Arus lahar yang mengalir sebelah barat tak menemui halangan yang berarti, karena dinding patahan tak terlalu tinggi, sehingga mulailah bagian ini di banjiri oleh bahan-bahan material Tangkuban Perahu ke arah Cimahi dan Padalarang.
Jalanya sungai Citarum pada saat itu berbeda dengan sekarang. Sungai ini mengalir kira-kira ke sebelah utara Cimahi dan berbelok ke arah Padalarang dan melalui lembah dimana sekarang terdapat sungai Cimeta. Lembah purba sungai Citarum masih dapat dikenal dari dalamnya dan lebar lembah yang di gunakan Cimeta tersebut. Sedangkan sungai Cimeta sendiri kecil dibandingkan dengan lembahnya.
Arus lahar mengalir sebelah barat dari gunungapi Tangkuban Perahu, membendung sungai Citarum sehingga terjadilah danau Bandung. Selama erupsi besar Tangkuban Perahu daerah ini telah di huni manusia. Sungai Citarum dibendung oleh arus tufa breksi dilembah yang sempit dan besar kemungkinan pembendungan ini terjadi dalam waktu yang singkat.
Disekitar Palasari ditemukan material dari batuan dengan umur diperkirakan neolitikum. Material batuan obsidian ditemukan juga disekitar gunung Malabar dan Dago dan umurnya ditaksir sekitar 3000-6000 tahun. Yang mengherankan adalah material demikian pada tempat lain tidak diketemukan. Besar kemungkinan hal ini disebabkan oleh penimbunan debu dan bahan material Tangkuban Perahu di daerah tersebut. Sungai Citarum tak lama kemudian terdapat batu gamping di barat Padalarang. Dengan demikian keringlah danau Bandung. Endapan-endapan danau ini merupakan tanah yang subur.
Setelah letusan tersebut, terjadi gerak-gerak dalam bumi yang membentuk patahan. Oleh pembentukan patahan dalam gunung berapi ini maka keluarlah lava. Erupsi yang menghasilkan lava tersebut merupakan erupsi B dari gunungapi Tangkuban Perahu. Disebelah utara aktivitas lava ni besar, yang keluar sewaktu letusan gunung Cinta, gunung Malang, dan sebagainya. Oleh pergantian bahan efflata dan lava maka gunungapi Tangkuban Perahu merupakan gunungapi berlapis, karakteristik untuk Indonesia yang disebut gunung strato.
Lava erupsi B susunanya basalt, berbeda dengan material gunung Sunda dan Burangrang yang bersusunan andesit (augit-hypersteen andesit). Lava yang mengalir sewaktu erupsi B telah menyebabkan pembentukan air terjun Dago dan juga merupakan basis dari komleks sumber-sumber air misalnya di Ciliang. Hasil letusan yang telah lapuk ini juga menyuburkan tanah di sekitar. Sesudah itu terjadi letusan-letusan yang menghasilkan material lepas yang merupakan erupsi C namun tak sehebat erupsi A. Letusan berganti-ganti keluar dari tigabelas kepundan yang menyebabkan bentuk mendatar dari puncak Tangkuban Perahu. Gunungapi Tangkuban Perahu terjadi perpindahan aktivitas pipa kepundan dari arah barat ke timur.
Erupsi pertama (A) gunungapi Tangkuban Perahu sangat hebat, material yang dikeluarkan sangat banyak sehingga dengan cara demikian mengakibatkan terbentuknya dataran tinggi Bandung.
Menurut penelitian seorang ahli geologi Belanda, Van Bammelen, di tahun 1934, riwayat letusan gunungapi Tangkuban Perahu dapat di bagi menjadi tiga periode berdasarkan coraknya, yaitu :
1. Tahap A, tahap explosive. Selama tahap ini dikeluarkan berbagai bahan letusan yang terdiri atas segala ukuran, sehingga menutupi permukaan sekitarnya dan dihanyutkan sebagai lahar atau lumpur gunungapi. Saat itu di duga bahan letusanya menutupi aliran Sungai Citarum Purba sehingga airnya menggenangi cekungan Bandung dan terjadilah Danau Bandung Purba.
2. Tahap B, tahap effusive. Pada tahap ini bahan letusan terdiri dari aliran lava.
3. Tahap C, tahap pembentukan gunung yang sekarang.
Morfologi
Morfologi gunungapi ini dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi utama yaitu :
o Kerucut strato aktif.
o Lereng tengah.
o Kaki.

Kerucut strato aktif menempati bagian tengah kaldera Sunda. Kawah-kawah gunungapi ini membentang dengan arah barat-timur. Beberapa kawah terletak di daerah puncak dan beberapa lainnya terletak di lereng timur. Kerucut strato aktif ini tersusun dari selang-seling lava dan piroklastik dan di bagian puncak endapan freatik.
Pola radier dengan bentuk lembah V, beberapa air terjun yang sangat umum ditemukan pada satuan morfologi ini. Morfologi lereng tengah meliputi lereng timurlaut, selatan dan tenggara gunungapi ini. Batuannya terdiri atas endapan piroklastik yang sangat tebal dan lava yang biasanya tersingkap di lembah-lembah sungai yang dalam dengan pola aliran sungai paralel dan semi memancar (semi radier). Lereng selatan dan tenggara terpotong oleh sesar Lembang, yang berarah timur-barat.
Kaki selatan menempati bagian lereng tenggara dan selatan, yang terletak pada ketinggian antara 1200 m hingga 800 m dan antara 1000 hingga 600 m di atas permukaan laut. Lereng timurlaut mempunyai pusat-pusat erupsi parasit seperti G. malang, G. Cinta dan G. Palasari. Aliran-aliran lava dan skoria berwarna kemerahan yang menempati sebagian besar daerah kaki ini adalah berasal dari pusat-pusat erupsi ini. Pola aliran sungai yang berkembang di daerah ini adalah paralel dengan bentuk lembah U yang melewati batuan keras.
Lereng selatan terletak antara sesar Lembang dan dataran tinggi Bandung di selatan. Bagian terbesar daerah ini dibentuk oleh batuan piroklastik dan endapan lahar, sedangkan lava ditemukan di dasar sungai. Pola aliran sungai yang berkembang di dalam satuan morfologi ini adalah paralel.
Stehn (1929) meneliti tentang urutan pembentukan tiap kawah di gunung ini. Dia menyimpulkan bahwa kawah tertua (I) adalah kawah Pangguyangan Badak, telah hancur karena letusan pembentukan kawah kedua atau kawah Upas (II), sehingga yang tampak sekarang dari Kawah Pangguyangan Badak hanyalah pinggiran kawahnya saja. Secara periodik letusan terjadi kembali, yang akhirnya menghancurkan Kawah Upas menjadi Kawah Upas yang selanjutnya (III).
Setelah itu, pusat letusan bergerak menghancurkan kawah I, kawah II, kawah III di bagia timur sehingga terbentuklah Kawah Ratu (IV). Letusan berikutnya terjadi di dasar kawah III dan menghasilkan Kawah Upas (V).
Kemudian terjadi lagi perpindahan pusat letusan dari arah barat ke timur dan terbentuklah Kawah Ratu (VI).
Letusan berikutnya terjadi di lereng sebelah timur, sebagai letusan lereng menghasilkan Kawah Jurig (X), Kawah Domas, Kawah Badak, Kawah Jarian (XI), dan Kawah Siluman (XII).
Aktivitas letusan kemudian bergerak ke arah barat di tahun 1896 terjadi letusan di bagian bawah Kawah Upas (II) membentuk Kawah Baru (VII). Di tahun 1910 aktivitas berikutnya ke arah timur. Di bagian bawah Kawah Ratu (VIII). Pada tahun 1926 terjadi hal yang sama, menghasilkan kawah yang lebih kecil ukuranya, dinamakan Kawah Ecoma (IX). Pada tangaal 1 Mei 1960 aktivitas letusan membentuk lubang di dasar Kawah Ratu, Kawah (XIII). Pusat letusan yang selalu berpindah sepanjang 1100 m mengakibatkan proses penghancuran pada kawah terdahulu hanya berupa pinggiran kawah saja. Akhirnya pergerakan pusat letusan dari Kawah Pangguyangan Badak ke Kawah Ratu menghasilkan bentuk puncak gunung Tangkuban Perahu menjadi tidak lancip melainkan berbentuk seperti perahu terbalik.

DAFTAR PUSTAKA
Katili, J. A, Marks, P. Geologi, Departemen Urusan Research Nasional, Jakarta.
Sumintadireja, A.P, 2005, Volkanologi Dan Geotermal, Departemen Teknik Geologi, ITB, Bandung.
Von Engeln, O. D, Geomorphology, The Macmillian Company, New York.
Purnama, S. Y, Yulianto. I, 2001, Panduan Wisata Geologi Bandung Utara, ITB, Bandung.
www.wikipedia.com
www.google.com
www.asia-planet.com

Selasa, 02 Juni 2009

Gempa bumi & Tindakan ketika terjadi Gempa bumi

Jepang adalah suatu negara yang mempunyai tingkat gempa bumi yang tinggi. Hal ini dapat dipakai sebagai sebuah pelajaran berharga. Contohnya adalah gempa bumi besar yang terjadi pada tahun 1995 yang merampas banyak nyawa tak berdosa dan menimbulkan sejumlah kerugian yang tak ternilai.
Oleh karena itu, kita harus siap baik secara mental maupun secara material untuk mencegah terjadinya kerugian sekecil mungkin jika saja terjadi gempa di suatu saat.

Tindakan pencegahan :
1.Jika berada di dalam rumah:
a. Berlindung di bawah meja atau struktur rumah yang kuat
b. Segera matikan kompor
c. Jangan bertelanjang kaki
d. Hati-hati dan cermati sekeliling sebelum keluar rumah.

2. Jika berada di luar rumah:
a. Berlindung di gedung terdekat atau berlari ke tempat
terbuka/lapangan
b. Hati-hati dengan dinding yang mudah rubuh, terutama dinding beton.
c. Hindari tiang-tiang (listrik, telepon) menara, atau pepohonan

3. Jika sedang mengendarai mobil:
Parkir kendaraan di tempat aman dan matikan mesin, dan segera keluar dari mobil.
Jika diparkir di tempat tertentu, tinggalkan kunci kontak supaya petugas bisa memindahkannya jika dibutuhkan

4. Jika berada dekat tebing atau pantai:
a. Jika berada di pantai, segera berlari ke tempat yang lebih tinggi untuk menjaga-jaga dan menghindari gelombang tsunami
b. Jika berada dekat tebing atau di bawah bukit, segera lari ke lapangan datar terbuka untuk menghindari longsor atau jatuhan batu/tanah

Ketika timbul gempa bumi
(1) Utamakan keselamatan terlebih dahulu, dan mengungsi ke tempat pengungsian terdekat
(2) Matikan api dan kompor gas yang sedang dipakai. Matikan juga alat-alat yang dapat menyebabkan timbulnya api. Jika timbul kebakaran, maka padamkan api dengan menggunakan alat pemadam api terdekat
(3) Membuka pintu dan mencari jalan keluar dari rumah
(4) Sedapat mungkin mempunyai informasi mengenai gempa bumi yang bisa didapatkan melalui TV, radio, ataupun telepon
(5) Tidak terburu-buru melompat keluar dari gedung. Biarkan gempanya mereda, dan sesudah agak tenang, mengeluarkan kotak P3K dan keluar menuju ke tanah kosong sambil melindungi kepala dengan menggunakan helm atau penutup kepala yang lain
(6) Agar tidak tersesat pada saat hendak pergi ke tempat pengungsian, periksa apakah ada orang yang tertinggal ( anggota keluarga, tetangga, dll )
(7) Ketika gempa terjadi pada saat sedang menyetir kendaraan, jangan langsung menggunakan rem darurat. Dekatkan kendaraan Anda menuju ke sebelah kiri bahu jalan sambil perlahan-lahan mengurangi kecepatan kendaraan.
Jangan berhenti di dekat pompa bensin, fasilitas gas yang mempunyai tegangan tinggi ataupun di bawah jembatan penyeberangan.
(8) Berjalan di tengah-tengah jalan yang luas. Berhati-hatilah terhadap papan reklame, barang-barang yang berjatuhan, tiang listrik rubuh dan juga terhadap serpihan kaca yang pecah.

Setelah gempa bumi terjadi
Akan ada bahaya gelombang pasang atau gempa susulan. Sedapat mungkin kumpulkan informasi yang tepat melalui TV, radio atau koran. Jika keadaan tidak memungkinkan Anda untuk kembali ke rumah karena adanya gempa besar, segera hubungi kedutaan besar atau konsulat negeri sendiri untuk memberitahukan keadaan keselamatan Anda.
Beritahukan juga alamat pengungsian yang saat ini dapat dihubungi pada Kedutaan Besar atau Konsulat Negeri agar mereka dapat memberikan informasi yang tepat pada pihak keluarga Anda. Hubungi juga pihak sekolah tempat Anda belajar atau kantor tempat Anda bekerja.
Saluran / dial informasi mengenai sesuatu yang harus dilakukan jika terjadi bencana
Pada saat terjadi bencana, akan terjadi kesulitan untuk menelepon ke tempat kejadian. Saat itu, silakan gunakan saluran ini「171」. Pada saluran ini, terdapat pesan rekaman suara dari pusat informasi mengenai kesehatan dan keselamatan orang-orang yang berada di tempat kejadian.
Anda juga bisa mengirimkan pesan kepada orang yang berada di tempat terjadinya gempa melalui saluran ini.
Ketika pihak NTT memulai layanan saluran ini, maka akan diumumkan melalui TV dan radio. Cara pemakaiannya : tekan 171 dan ikuti instruksi / perintah yang yang dianjurkan oleh pesan suara komputer ( saluran ini berbahasa Jepang ).

Intensitas gempa bumi skala MMI (Modified Mercalli Intensity Scale, 1931)
I.Hanya tercatat di seismograf; hanya sedikit orang yang kemungkinan merasakannya
II.Dirasakan beberapa orang (yang berbaring di atas lantai). Benda lepas sedikit terguncang/bergetar
III.Dirasakan orang yang berada di tingkat atas bangunan. Benda yang tegak tergoncang lemah. Gantungan lampu bergoyang. Kebanyakan orang tidak menyangka adanya gempa bumi
IV.Banyak orang yang berada di dalam rumah merasakan goncangan. Piring, daun pintu dan jendela bergoncang.
V.Hampir semua orang merasakan goncangan; yang tidur terbangun. Benda-benda yang diletakkan sembarangan jatuh. Bandul jam terhenti.
VI.Dirasakan semua orang. Menimbulkan kepanikan dan tergerak untuk lari keluar rumah.
VII.Hampir semua orang akan berlari keluar rumah. Dinding dengan disain buruk runtuh. Benda-benda akan mengalami kerusakan.
VIII.Bangunan konstruksi solid akan rusak. Menara, monumen dan dinding runtuh. Furnitur terjungkir balik. Pasir dan lumpur tersemprot lemah. Perubahan pada muka air sumur gali.
IX.Bangunan konstruksi solid akan rusak berat, beberapa rubuh. Tanah retak.
X.Hampir seluruh struktur batu/beton hancur. Retakan besar terbentuk di tanah. Retakan panjang terbentuk. Jalan kereta api terbengkokkan.
XI.Hanya beberapa bangunan saja bertahan. Jembatan rusak. Retakan panjang lebar terbentuk.
XII.Tanah bergelombang. Benda-benda terlontar ke udara.

Sabtu, 02 Mei 2009

Gunung Slamet, Gunungapi besar yang “Bangun”

Wahyu Dwi Agustian

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan gunungapi. Di sepanjang barat pulau Sumatera, selatan pulau Jawa, hingga pulau Maluku, terdapat rentetan gunungapi. Salah satunya adalah gunung Slamet di Jawa Tengah, yang saat ini sedang memperlihatkan keaktifanya.
Gunung Slamet terkenal sebagai gunung terbesar dan tertinggi ke dua di pulau Jawa setelah gunung Semeru di Jawa Timur. Kejadian volkanisme kembali terjadi setelah 21 tahun Slamet tertidur. Pada tanggal 16 April 2009, terjadi gejala – gejala yang memperlihatkan keaktifan suatu gunungapi. Adanya gempa tremor serta keluarnya asap dari kawah Slamet. Gempa tremor merupakan gempa berskala mikro sehingga gempa ini tidak dapat dirasakan oleh manusia. Dengan sigap Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) langsung menutup akses jalan menuju puncak Slamet, agar tak ada orang yang naik ke gunung Slamet. Karena gas yang keluar dari kawah sewaktu – waktu sangat berbahaya bagi manusia, gas tersebut dapat menyebabkan infeksi pernafasan. Gunung Slamet mempunyai empat kawah, yaitu K1, K2, K3, K4. K4 adalah kawah termuda dari Slamet, dimana kegiatan – kegitan volkanisme saat ini sedang terjadi. Awal gejala keluarnya asap dari kawah berwarna putih yang mengindikasikan bahwa asap tersebut hanya membawa uap air. Gejala – gejala volkanisma terus meningkat, dan juga meningkatnya temperature air panas di sekitar gunung Slamet, sehingga pada tanggal 20 April 2009, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merubah status Slamet menjadi Waspada. Gempa permukaan terjadi hingga puluhan kali dalam tiap harinya. Kepulan asap juga mengalami perbedaan, kini asap berwarna kegelapan, karena asap membawa material – material dari dalam gunung. Asap yang mungkin mengandung debu tersebut dapat terpencar kemana saja sesuai dengan arah angin yang berhembus.
Terjadi perubahan tingkat gempa dan kegiatan volkanisme yang sangat signifikan, maka tanggal 23 April 2009 tepat pukul 18.00 WIB status Slamet berubah menjadi Siaga. Letusan – letusan kecil dan lontaran – lontaran lava pijar membumbung tinggi ke langit hingga mencapai 800 meter dari kawah. Lontaran lava pijar yang jatuh masuk kembali ke dalam kawah, karena kawah masih mampu menampung jatuhan lava pijar tersebut. Apabila kawah tidak lagi mampu menampungnya, maka jatuhan lava pijar akan meluber ke luar kawah. Lontaran lava pijar dapat di amati dengan jelas saat malam hari, dalam keadaan cerah maupun hujan dari arah utara gunung Slamet, tapatnya dari pos pemantauan. Karena puncak Slamet sebelah utara hanya 20 meter lebih tinggi dari kawah, sedangkan puncak sebelah selatan dari kawah sangatlah tinggi.
Menjelang dini hari, tanggal 29 April 2009, secara visual aktifitas Slamet teramati dari arah Purwokerto, dalam keadaan hujan lebat, lontaran lava pijar membumbung tinggi keangkasa. Banyak warga yang menyaksikan kejadian luar biasa ini. Salah seorang warga menuturkan, “Slamet ora bakal njebluk siki, kie mung aktifitas biasa bae, ganu ya pernah kaya kie. Akhire Slamet ya ora njebluk. Rika kabeh ora usah kepikiran”. Yang berarti, Slamet tak akan meletus sekarang, ini hanya aktifitas biasa, dahulu juga pernah seperti ini. Akhirnya ya Slamet tidak meletus. Anda semua jangan kepikiran.
Secara geologi, gunung Slamet berkomposisi magma yang basa, mengakibatkan letusan – letusan yang tidak cukup kuat . Jika komposisi magma gunung Slamet adalah asam, maka letusan yang di hasilkan mungkin akan luar biasa. Untuk gunungapi yang sangat eksplosif, hanya abu, batuapung, dan material fragmen batuan saja yang dikeluarkan (tanpa lava). Hal ini disebabkan karena gas yang berada di dalam magma menekan kepundan/kubah lava yang ada di atasnya, sehingga menyebakan letusan.


By :
Wahyu Dwi Agustian
(Mahasiswa Teknik Geologi UNSOED)